saya suka berfikir tentang satu hal. kenapa, saya susah melupakan? padahal bisa dibilang, kalau saya sudah diusir untuk pergi dari kehidupannya. ia bilang, carilah lelaki lain yang lebih baik. tapi, apakah cinta bisa memilih? siapa yang pantas untuk kita cintai?
saya suka berfikir.. kenapa, semesta tidak langsung saja menghilangkan ingatan-ingatan kita tentang orang yang tetap kita sayangi padahal ia sudah membuang kita dari hidupnya
lucunya, semesta terus mendatangkan ia ketika kita sedang berusaha untuk melupakan. semesta selalu mendatangkan kenangan-kenangan manis dan lugu tentang kita dulu. semesta tahu bagaimana cara untuk mengenang, tetapi tidak tahu bagaimana agar ingatan cepat menghilang, atau bahkan terhapus dari ingatan.
melihat bagaimana ia sekarang, saya juga suka berfikir. berfikir, kenapa secepat itu ia melupakan, bahkan mungkin menghapus tentang apa yang sudah kita lewati bersama. saya rasa, saya selalu berusaha ada ketika ia mengalami titik rendah dalam hidupnya. walaupun mungkin, menurut ia itu hanyalah hal biasa. saya, berusaha melakukan yang terbaik, hanya untuk membuatnya senang. senang karena setidaknya, ia bisa melepaskan segala penat yang sedang berkecamuk dipikirannya. senang karena, saya bisa memberikan pundak saya, setidaknya untuk meringankan beban dikepalanya.
bukannya saya meminta lebih ataupun pamrih. tetapi, apakah cinta ternyata juga bisa menjadikan seseorang melupakan segala kisah dengan begitu cepat? sedangkan beberapa lainnya, harus mati-matian menunggu waktu, dikikis habis oleh rindu, begitu juga dengan kenangan yang terus berputar dalam ingatan, dihantui setiap malam oleh rasa bersalah, serta rasa yang teramat dalam sampai menusuk ke dalam rusuk tulang manusia?
apakah ini adil? mengapa semesta menciptakan rasa, jika hanya akan diberi bingkisan luka? mengapa kita diberi kesempatan untuk membagi cerita, jika pada akhirnya hanya akan mematahkan salah satu cerita? mengapa menebar janji, jika berakhir dengan pengkhianatan?
satu lagi. katamu, kamu tidak berselara untuk mencintai siapa-siapa lagi setelah denganku. tetapi, gadis baru ini berhasil membuat mu jatuh cinta lagi. sampai-sampai, sepertinya kamu harus jatuh bangun untuk mengejar cintanya. kalau saat ini saya bilang kepada mu bahwa kamu dibodohi cinta, saya tahu kamu pasti akan menjawab, “iya saya memang bodoh. jangan salahkan dia, karena saya yang tidak tahu diri. urusi saja urusanmu sendiri, cari lelaki baru yang lebih baik serta bisa menjagamu.” betul? bahkan saya sudah hafal.
sayang, mungkin dia lebih hebat daripada saya. karena dia, berhasil membuatmu menjadi budak cinta. mungkin, saya tidak secantik dia. mungkin, hati saya lebih buruk dari dia. mungkin, saya tidak mempunyai banyak hal dibandingkan dengan dia yang mempunyai segalanya. dan mungkin, dia bisa melakukan apa yang tidak bisa saya lakukan. atau mungkin, dia mempunyai sesuatu yang bahkan aku tidak mempunyainya. mungkin itulah alasan mengapa kamu sangat mencintai dia.
malam ini, 27 januari 2018, saya bertemu dengan gadismu. kita bertatapan lama. tapi, apakah kamu tahu? saya memalingkan wajah terlebih dahulu? karena apa? saya bertatapan dengan seseorang yang sangat dicintai oleh orang yang amat saya sayangi. rasanya, hati saya bukan lagi hancur. seperti bayi yang baru saja lahir, namun sampai kapan pun dia tidak mempunyai kesempatan untuk melihat ibunya yang meninggal karena harus berjuang untuk melahirkan anak terkasihnya.
lucunya lagi, semesta sedang berbaik hati. di satu lampu lalu lintas sudut kota, saya harus melihat kamu. kenapa saya mengatakan bahwa semesta sedang berbaik hati? karena semesta memang memberikan sedikit kebaikan, yaitu kamu yang sedang tidak bersama gadis mu.
jaket putih dengan celana batik khasmu, serta helm berwarna hitam, merah beserta putih. hitam seperti kamu yang misterius, merah seperti kamu yang selalu membara ketika sedang jatuh cinta, dan putih yang selalu membawakan kedamaian untuk orang-orang terdekatmu, terutama saya.
al-banna. saya tidak tahu, mengapa sampai saat ini kamu masih menjadi orang yang penting untuk saya. bukankah cinta mengajarkan kita untuk mencintai dengan tulus tanpa rasa pamrih? tapi, mengapa sekarang saya ingin rasa tulus saya berbalas? saya tidak mengatakan bahwa saya cinta kamu, bahkan daridulu saya selalu mengatakan bahwa saya menyayangimu. karena apa? bagi saya, cinta hanyalah menuntut sebuah balasan rasa. dan sayang, akan menerima dengan ikhlas jika rasa tulusnya tidak sebanding dengan apa yang sudah ia lakukan.
—chika, Pekalongan, 27 januari 2018, 23:45.

Comments