malam dan hujan

rasa,
malam dan hujan menjadi saksi bisu.
malam, engkau pasti tahu..
cahayamu tidak begitu cerah,
namun engkau mampu menyinari.
sinar mu redup, lalu ku tambah menjadi semakin redup, lalu gelap..
lampu kamar pun menjadi saksi atas kegelapanku,
setiap malam, setiap rasa itu hadir tanpa aku mau.
hujan, engkau pun tahu..
seberapa sering air mataku beradu dengan rintikanmu.
rintikan yang begitu dingin, bercampur dengan air mata yang begitu hangat.
hujan..
aku meminta maaf untuk segala kebohongan,
kebohongan mengatasnamakanmu untuk tangisanku.
hujan..
malam ini engkau datang kembali.
lalu,
aku,
kembali beradu dengan rintikanmu.
hujan..
apakah engkau merasakan juga?
mengapa engkau senang beradu denganku?
apakah engkau rindu dengan kehangatan air mataku?
tapi, hujan..
aku menggigil..
aku menggigil atas kedatanganmu,
aku menggigil atas kerinduan yang datang dengan sekejap mata,
dan menghilang sangatlah lamban..
malam dan hujan..
engkaulah saksi atas kerinduanku.
Tuhan..
sampaikanlah rinduku melalui malam dan hujan,
karna sekarang, disini,
aku sendiri, disudut ruang, menggigil atas dinginnya hujan, beradu dengan rintikannya yang semakin deras.
—chika, magelang, 09/nov/17.

Comments